Advertisement
THE NEWS.CO.ID Jakarta -Kasus COVID-19 di Indonesia tak melonjak tajam karena Omicron BA.4 dibanding negara di Eropa hingga Jepang. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan alasannya.

Kasus di Jepang masih berkisar 218 ribu sehari. Sementara di Amerika Serikat, Australia, dan India pun angkanya ratusan ribu. Sedangkan di Indonesia kasus harian berkisar antara 3.000-5.000 kasus.
“Kita lihat Indonesia itu rendah sekali (kasus harian COVID-19nya). Jawabannya juga sudah kita temui dari (hasil) sero survei kemarin. Kita sudah melihat dibandingkan Desember (tahun 2021) hanya 88 persen dari masyarakat yang memiliki antibodi sekarang naik ke 98,5 persen,” terang Budi pada Keterangan Pers Menteri terkait Ratas Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), di Kantor Presiden, pada Selasa, 23 Agustus 2022.
Budi menjelaskan level antibodi masyarakat yang semula sekitar 400 unit per mililiter, sekarang naik lebih dari 2.000 unit per mililiter. Akibatnya, kata Budi, populasi masyarakat Indonesia terbukti sudah sangat terlindungi.
“Itu sebabnya kenapa untuk kasus gelombang BA.4 BA.5 yang di Jepang Eropa Amerika itu meningkatkan kasus konfirmasi tinggi sekali, kita (Indonesia) tidak. Karena level imunitas masyarakat Indonesia sudah sangat tinggi,” ujar Budi.
Lebih lanjut Budi memaparkan terbentuknya antibodi masyarakat yang terbilang baik dan stabil ini disebabkan oleh dua hal utama. Yaitu gencarnya vaksinasi, dan terbentuknya antibodi dari infeksi virus pada awal tahun 2022.
“Pertama karena vaksinasi kita sangat gencar di bulan November Desember Januari juga masih tinggi, yang kedua Alhamdulillah karena infeksi juga. Karena gelombang omicron melanda Indonesia di bulan Februari Maret itu sampai 60.000 kasus per hari lebih tinggi dari gelombang delta,” terang Budi.
Budi menegaskan kombinasi antara vaksinasi di bulan November 2021-Januari 2022 dan infeksi di bulan Februari-Maret 2022 adalah alasan kadar antibodi masyarakat Indonesia tinggi di bulan Juni-Agustus 2022. (Toni)