Advertisement
THE Newa.co.id
Saat ini warga masyarakat dibuat bimbang dan kebingungan dengan kebijakan pemerintah yang membutuhkan terlaksananya Pembelajaran Tatap Muka (PTM), tetapi tertabrak dengan meningkatnya kasusu Covid- 19 di sekolah.
Belum lama ini banyak dikabarkan hal terkait klaster Covid- 19 di lingkungan sekolah setelah digelarnya PTM terbatas. Bahkan sebagian wilayah terpaksa mengakhiri penerapan sekolah PTM karena terdapat siswa yang terkena Covid- 19.
Situasi inilah yang membuat warga bimbang dan merasa kebingungan, apakah wajib tetap memaksakan sekolah tatap muka di tengah vandemi ini ataupun masih wajib menempuh sekolah dalam jaringan( daring) ataupun online?
Berita ini langsung dibantah Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi yang menjelaskan kalau klaster itu didefinisikan saat penyebaran terjadi di area sekolah, sedangkan saat PTM terbatas tidak demikian.
" Misalnya SDN Rawasari 30 orang diswab yang positif hanya 1 betul tentu itu bukan klaster. Kemungkinan besar itu misalnya SMP PGRI 20 Duren sawit dari 266, 21 positif nah itu kemungkin besar klaster. Tetapi jika hanya satu orang itu enggak," jelasnya.
Tim telah melakukan sampling di sejumlah sekolah seperti perihalnya di Jakarta 80 hingga 90 poin dites Covid- 19, sedangkan di Semarang 258 poin dites. Hasilnya ditentukan tidak ditemukan terdapatnya klaster ataupun penyebaran Covid- 19 di sekolah, karena jika ditemukan permasalahan Covid- 19 angkanya amat kecil.
Karena itu dirinya menerangkan PTM terbatas tetap wajib dilaksanakan dan tidak dapat ditunda lagi. Timbulnya permasalahan Covid- 19 di sekolah yang ditaksir amat kecil tidak dapat dimaksud warga wajib menghindari PTM terbatas.
Perihal senada pula diutarakan oleh Menteri Pendidikan( Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim yang membenarkan terdapatnya miskonsepsi berita 2, 8 persen sekolah telah jadi klaster. Karena nilai itu merupakan informasi kombinasi ataupun tertimbun dari semua masa Covid- 19.
Akhirnya informasi itu bukan cuma berawal dari sekolah yang mengadakan PTM terbatas saja." Jadi itu seluruh dari semua masa Covid ini bukan dari bulan terakhir di mana PTM terjadi," tuturnya.
Nadiem pula menjelaskan pertanyaan terdapatnya 15. 000 anak didik dan 7. 000 guru ataupun tenaga guru yang positif Covid- 19 saat PTM terbatas. Padahal informasi itu baginya merupakan anom dan salah.
Karena informasi jumlah permasalahan Covid- 19 itu ditaksir melampaui jumlah anak didik yang terdapat di sekolah." Kita wajib berpusat pada informasi yang terdapat dan paling utama informasi dari Kemenkes yang telah mendapatkan berbagai uji test result dan melakukan sampling," tandasnya.( Sis )
Ae. Saepuloh, SE.MA Camat Nanggung Kabupaten Bogor.